Senin, 13 Agustus 2012

LG-1 MK II 105mm : Howitzer Artileri Medan Korps Marinir TNI AL


LG-1 MK II Korps Marinir TNI AL
Di sekitar tahun 2003, Pemerintah Indonesia pernah menerapkan status Darurat Militer di Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD). Diantara sekian operasi tempur yang difokuskan untuk menghancurkan basis GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Tanah Rencong, salah satunya dilakukan lewat operasi pendaratan amfibi oleh Batalyon Tim Pendarat 1 Korps Marinir TNI AL asal Surabaya.
Operasi pendaratan Korps Marinir di pantai Samalanga, Bireun – NAD, terbilang sukses dengan menerjuknkan unsur BTP (Batalyon Tim Pendarat), lengkap dengan unsur infantri dan kavaleri. Tak itu saja, untuk menerobos basis GAM, kekuatan pemukul infantri marinir juga didukung oleh satuan artileri medan. Dalam sebuah tayangan di Televisi kala itu, ada yang cukup unik di mata penulis, yakni tampilnya sosok meriam jenis baru, tak lain adalah LG-1 MK II Howitzer kaliber 105mm. Dalam operasi pendaratan di pantai Samalanga, setidaknya ada 6 pucuk LG-1 MK II yang dibawa Korps Marinir.
Menurut sumber dari Janes Defence, LG-1 MK II sudah mulai memperkuat Batalyon Artileri Howitser pada Resimen Artileri Korps Marinir pada awal 1994. Jumlah meriam LG-1 MK II yang kini memperkuat Korps Marinir ada 20 pucuk, dan ditempatkan pada Batalyon Howitser 1 – Resimen Artileri 1 (Surabaya – Jawa Timurr) dan Batalyon Howitser 2 – Resimen Artileri 2 (Cilandak – Jakarta Selatan).
LG-1 MK II dalam sebuah latihan penembakkan
Dilihat dari klasifikasi kaliber dan bobotnya, LG-1 MK II termasuk meriam ringan yang mempunyai daya hancur cukup besar. Meriam ini awalnya dirancang dan diproduksi oleh GIAT Industrie, manukfaktur alutsista dari Perancis, dan sekarang sudah beralih kepemilikannya oleh Nexter System. LG-1 terbilang meriam jenis anyar di pangsa senjata, karena prototipe-nya baru selesai pada tahun 1987. Awalnya LG-1 hadir atas kebutuhan pasukan pemukul reaksi cepat Perancis yang menginginkan meriam artiler medan ringan dengan mobiltas tinggi. Sebagai kompetitor sekelas kala itu ada meriam L118 / L119 buatan Royal Ordnance Nottingham Inggris yang telah dipergunakan sedikitnya di 14 negara selain Inggris.
Tapi lewat kompetisi yang ketat, LG-1 mampu menembus pasar ekspor, dan selain digunakan oleh militer Perancis dan Indonesia, kini LG-1 sudah digunakan oleh militer Belgia, Kolombia, Thailand,dan Kanada. Selain mobilitas yang tinggi, apa saja yang menjadi unggulan dari LG-1? Meriam LG-1, khususnya di varian Mk II dirancang sebagai meriam ringan yang dapat dipindahkan baik dengan cara ditarik maupun memakai bantuan Heli seperti misalnya Bell 412 dan Super Puma. Saat pemindahan laras senjata ini dapat dilipat kebelakang berhimpin dengan kedua buah kaki panjang yang diringkas sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan tempat sangkutan rantai tarik yang dihubungkan dengan kendaraan penarik bila pemindahannya lewat jalan darat.Dalam gelar tempur oleh Korps Marinir TNI AL, umumnya LG-1 ditarik oleh truk Unimog, sedangkan untuk pemindahan meriam dari LST (landing ship tank)/LPD (landing platform dock) bisa dilakukan lewat KAPA (kendaraan amfibi pengangkut artileri), seperti tipe KAPA K-61 dan PTS-10.
Truk Unimog dengan menggandeng LG-1 MK II tampak masuk ke dalam LPD
LG-1 MK II nampak bersebelahan dengan KAPA K-61
LG-1 MK II terdiri dari komponen laras sepanjang 3,17 meter seberat 100 Kg dengan arah putaran kekanan yang mampu menembakan 12 butir peluru dalam tiap menitnya. Meriam ini bisa menghantam sasaran dalam jarak antara 11,5 kilometer dengan memakai proyektil baku jenis HE(high explosive) M1. Jika memakai proyektil baku jenis Giat HE BB, senjata ini bisa menghantam sasaran sejauh 19,5 kilometer. Sedangkan untuk jarak tembak minimum yakni 1,4 kilometer. Waktu yang dibutuhkan ke-7 awaknya guna menyiapkan senjata ini dalam kondisi siap tembak hanyalah 30 detik.
Secara lebih dalam LG-1 MK II mempunyai panjang meriam dengan laras, 6,95 m dan tanpa laras 5,32 m, lebar meriam 1,96 m, berat 1.520 kg, sudut elevasi maksimal 1.270 MIL dan minimal 84 MIL, sudut defleksi kanan 320 MIL dan kiri 330 MIL. Dalam setiap misi tempur, bekal amunisi pokok yang disiapkan mencakup (BB 36 butir, HE 36 butir, Asap 12 butir dan cahaya 12 butir).
Sebagaimana pola penggunaan meriam pada umumnya, usia laras ditentukan berdasarkan berapa kali tembakan yang dilakukan, dan batas masa pakai laras LG-1 mencapai 7300 kali tembakan. Agar akuransi penembakan dapat dijaga, maka juru bidik meriam menggunakan teropong bidik yang berada 0,9 meter dari landas tumpu suku cadang pemicu tembakan. Dengan sudut dongak tertinggi larasnya ialah sekitar 70 derajat, senjata ini dapat menghantam sasaran yang berada lebih rendah kedudukanya karena laras dapat ditundukan hingga mencapai sudut tunduk 3 derajat terhadap posisi rebah penuhnya.
PTS-10, salah satu ranpur amfibi yang bisa menggotong LG-1
LG-1 MK II tengah digunakan di Afganistan untuk menghantam posisi Taliban

Meriam LG-1 Mk II, yang merupakan senjata teringan dikelasnya, memiliki kelebihan dalam mutu dan kinerja penembakan laras yang lebih baik dibandingkan jenis Mk I (autofret-taged), yang memungkinkan laras dapat menembakan proyektil dengan tekanan lebih besar. Sistem ini membuat tenaga tolak baliknya dapat diredam sekecil mungkin dan secara tidak langsung berpengaruh pada kemudahan perawatannya. Korps Marinir TNI-AL pengguna pertama untuk versi ekspor MK II.
Untuk mempermudah mobilitas, laras LG-1 dapat diputar sehingga meringkas dimensi saat akan dipindahkan
LG-1 MK II milik Angkatan Darat Singapura
Sebagai perbandingan, bila Indonesia kini dibekali meriam LG-1 MK II, maka negeri jiran kita, Singapura, justru punya jumlah pucuk yang lebih banyak, yakni 37 pucuk LG-1 MK II untuk melengkapi dua batalyon artileri medan di negara pulau tersebut. Meski terbilang senjata ‘baru,’ LG-1 sudah masuk kategori battle proven, meriam yang sudah diproduksi 130 pucuk ini setidaknya pernah digunakan militer Perancis dalam misi di Bosnia dan Afganistan. (Yesha Agus Ariwanta)
Spesifikasi LG-1 MK II 105mm
Tipe : Howitzer
Berat : 1.520 Kg
Panjang laras :3,17 meter
Awak : 5-7
Kaliber : 105mm/30
Waktu penembakan : 12 amunisi per menit
Jangkauan max : 19,5 kilometer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar