Konvoi Armada KRI dalam sebuah Latihan |
Perubahan ini tentu memerlukan pertambahan jumlah KRI yang dioperasionalkan termasuk penambahan jumlah pangkalan utama TNI AL dan sebaran pasukan Marinir. Dengan anggaran 150 trilyun rupiah untuk modernisasi alutsista TNI dalam renstra tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, pertambahan jumlah KRI merupakan sebuah keniscayaan yang patut didukung karena wajib hukumnya.
Khusus armada barat, areal gugus keamanan dan gugus tempur lautnya meliputi perairan Natuna, Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Karimata, Selat Sunda dan perairan Barat Sumatera. Pangkalan utama TNI AL eksisting ada di Tanjung Pinang sebagai pangkalan markas dan sebaran pangkalan utama lainnya ada di Dumai, Belawan, Lhok Seumawe, Sabang, Padang, Natuna, Mempawah, dan Teluk Lampung.
Untuk mendukung kekuatan gugus kemanan dan gugus tempur laut yang memenuhi kriteria sebagai Herder pengawal halaman perairan NKRI, Armada barat TNI AL selayaknya diperkuat dengan alutsista utama minimal dengan 80 KRI yang terdiri dari 10 Fregat, 14 Korvet, 20 Kapal Cepat Rudal, 22 Kapal Patroli, 2 Kapal Tanker dan 12 Kapal Logistik / Angkut Pasukan. Untuk Lantamal Natuna ditempatkan secara permanen 2 Fregat, 4 Korvet, 4 Kapal Cepat Rudal dan 5 Kapal Patroli. Kehadiran secara permanen karena perairan Natuna adalah garis depan kedaulatan negara yang berhadapan langsung dengan banyak negara. Lantamal Padang diisi dengan 1 Fregat, 2 Korvet dan 3 Kapal Cepat Rudal untuk mengawal perairan barat Sumatera. Sabangmendapat jatah 2 Fregat, 3 Korvet dan 3 Kapal Cepat Rudal untuk mengawal perairan utara Sumatera dan pintu masuk selat Malaka. Lantamal Belawan kebagian 4 Korvet dan 4 Kapal Cepat Rudal dan 5 Kapal Patroli. Teluk Lampung yang mengawal selat Sunda mendapat jatah 2 Fregat, 2 Korvet dan 3 Kapal Cepat Rudal. Mempawah kebagian 4 kapal Patroli dan 3 Kapal Cepat Rudal,Lhok Seumawe mendapat alutsista 3 Kapal Cepat Rudal dan 3 Kapal Patroli. Dumai mendapat 4 kapal patroli dan 3 kapal cepat rudal. Sisanya ditempatkan di pangkalan markas Tanjung Pinang.
Sebaran kekuatan KRI di armada barat memberikan kekuatan detterens terutama dilintasan ALKI I dimana banyak kapal-kapal niaga melintas. Kehadiran unsur KRI di selat Malaka ingin menegaskan kepada kekuatan armada tertentu bahwa RI sanggup mengawasi perairan padat ini dengan kontrol penuh termasuk juga di selat Singapura. Itu sebabnya di wilayah selat ini paling banyak ditempatkan kapal cepat rudal dan kapal patroli untuk memastikan tingkat keamanan terhadap perompak, penyelundupan dan sekaligus menjaga teritori perairan NKRI.
Perairan Natuna merupakan halaman ranum NKRI yang banyak “diganggu” oleh kapal-kapal asing, baik berbaju loreng atau berbaju nelayan. Kehadiran penuh satuan armada barat di kawasan ini setidaknya memberikan pesan bahwa : anda diperbolehkan melintas tetapi jangan mencolek isi lautnya apalagi mengaku-aku sebagai milik nenek moyangnya. Pesan ini harus dikumandangkan terus karena masa depan konflik ada di perairan ini. Jika dari sekarang tidak dipersiapkan, bisa jadi akan terjadi kasus ambalat jilid II. Itu sebabnya armada barat sedang dipersiapkan menuju kekuatan herder agar anjing tetangga tidak sembarangan masuk. Bukankah begitu Bapak Panglima TNI ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar